Jumat, 11 Desember 2015

Laki-laki di Ujung Jembatan

Iya benar. Di sana itulah Ada sebuah barisan orang yang sedang mengantri. Mereka sedang antri untuk melewati sebuah jembatan kecil dan tidak terlalu panjang. Tak ada yang naik sepeda motor maupun mobil. Semua berjalan kaki. Di bawah jembatan itu bukanlah sebuah aliran sungai yang deras, melainkan sebuah  halaman sekolah  yang bepaving. Jembatan itu juga memiliki atap bukan dari ganteng, tetapi  dari bahan yang hampir mirip  dengan plastik. Jembatan itu bukanlah terdapat  di jalan raya melainkan di halaman sebuah Sekolah Menegah Atas.
Begitu banyak yang mengantri, maka dibuatlah suatu barisan  yang terdiri  atas tiga banjar. Seolah-olah barisan itu tidak segera maju sehingga membuatku lama menunggu. Anehnya, tidak ada satupun  orang yang berani menerobos barisan. Semua mengantri dan ada di barisan masing-masing.
Aku baru saja datang dan berhenti menempatkan diri di barisan paling  belakang, sendirian. Aku berdiri di belakang  seorang laki-laki. Aku perhatikan, aku seperti mengenalnya. Akan tetapi,  belum sempat aku mengingat, konsentrasiku pecah karena perhatianku kini tertuju pada gaya bicara dan tertawa yang khas dari seorang laki-laki yang memanggilku di belakang sana. Dia datang seorang diri, dan dengan agak berlari-lari kecil laki-laki itu menuju ke arahku dan berdiri tepat di sampingku. Dia terlihat senang dengan pertemuan itu karena memang sudah lama kita tidak bertemu. Laki-laki itu menyapa dan menanyakan kabarku. Akupun menanggapi dengan senang pula. Di ujung jembatan itu aku bertemu.

Selasa, 11 Agustus 2015

Are You...?

Pada suatu sore, aku sedang duduk di teras dekat pintu gerbang dengan teman-temanku cewek dan beberapa cowok. Tiba-tiba ada beberapa cowok datang dan mengumpat teman-temanku cowok. Cowok-cowok itu ikut duduk di satu tempat yang sama di bawah pepohonan sambil sesekali saling mengumpat. Aku sepertinya mengenal beberapa dari cowok-cowok itu. Tapi entah kapan dan dimana. Aku tidak paham mengapa mereka bisa saling mengumpat dan memusuhi teman-temanku. Hingga tak terasa hari semakin gelap. Tak kusangka tiba-tiba salah satu cowok dari cowok-cowok itu mendekatiku dan mengatakan sesuatu.
"Ayo pulang bareng," katanya.
"Iya." Jawabku.

Anehnya aku langsung mengiyakan, padahal aku belum terlalu kenal dengan cowok itu. Bagaimana dia bisa mengajakku, apa dari tadi dia sudah memperhatikanku. Sebenarnya aku pernah mengenalnya, tetapi aku lupa kapan mengenalnya. Di suatu tempat atau hanya di dalam mimpi aku juga tak ingat. Setelah aku mengiyakan, dia langsung memakai sepatu dan berjalan duluan hingga di seberang jalan. Aku sedikit kecewa. Kalau dia mengajak aku pulang bareng kan seharusnya dia menungguku. Tapi kok dia malah meninggalkan aku dan berjalan duluan. Dugaanku salah. Di seberang jalan itu dia berhenti dan tersenyum ke arahku yang sedang terburu-buru berjalan menyusulnya. Aku tak tahu mengapa mau diajak olehnya. Padahal jika cowok itu musuhnya temanku, seharusnya aku lebih memilih temanku dan tak mau jika diajak olehnya. Sebaliknya dia juga, mestinya dia lebih memilih temannya daripada aku..... Oh akupun tahu, alasan dia berjalan duluan meninggalkanku. Itu dia lakukan agar teman-temannya tak tahu kalau dia ngajak jalan aku.

Kamipun berjalan berdampingan di bawah langit yang mulai gelap. Aku sempat panik ketika bertemu temanku maupun temannya tadi. Kami berniat untuk bersembunyi agar tidak diledek. Tetapi ternyata teman-teman yang melihat kami biasa-biasa saja dan tidak mengolok-olok kami. Sebelum pulang kami masih ingin jalan-jalan dulu berdua. Kami berjalan terus menyusuri jalan yang belum pernah kami lewati. Hingga akhirnya kami menemui jalan buntu di halaman rumah orang. Kami berhenti sebentar mencari jalan keluar. Tak berapa lama ada seorang wanita yang jalan melewati jalan itu. Wanita itu terus saja berjalan dan akhirnya lompat melewati pagar rumah orang. Ternyata dibalik pagar ada jalan keluar. Aku dan dia saling berpandangan dan tersenyum, tahu apa yang akan kami lakukan. Kami bergegas menuju pagar untuk melompat. Sebelum sempat melompat ada pemilik rumah yang mengetahui keberadaan kami.
"Pagarnya tak akan dibuka jika belum pagi." Katanya.
Kamipun bersalaman dengan pemilik rumah itu. Sebagai kenangan, aku memberikan sebuah cincin yang ada batu mutiara putih yang berkilau di atasnya. Cincin itu pemberian temanku dulu. Setelah itu kami segera pergi untuk meloncati pagar tadi.
"Mbak, Mas terima kasih ya. Cincinnya bagus sekali." Katanya sambil masuk ke rumahnya.
Kami hanya tersenyum dan menuju pagar tadi. Ketika kami akan melompat pagar itu tiba-tiba membuka sendiri. Kami sempat kaget, kok bisa membuka. Katanya tadi hanya dibuka jika pagi. Aku dan dia saling berpandangan. Oh, mungkin sebagai rasa terima kasih karena tadi sudah aku kasih cincin. Kami pun tertawa dan segera keluar.

Kami berjalan lurus hingga tiba-tiba kami bertemu dengan teman-teman kami tadi. Aku dan dia ketakutan dan hendak berlari. Tetapi mereka malah melarang dan mengajak kami untuk makan bersama. Setelah dibujuk temannya diapun mau makan bersama. Sementara temannya yang lain terus mengejarku agar aku mau makan bersama dengan mereka. Tetapi aku tetap berlari dan tidak mau makan bersama mereka meskipun aku tadi juga melihat ada beberapa temanku yang ikut di sana. Aku bingung tadinya temanku dan temannya saling mengumpat dan bermusuhan, tapi sekarang kok malah baikan dan makan bersama?

Aku memilih menunggu di rumah seorang nenek yang kebetulan sedang duduk di teras rumahnya. Temannya sempat membujukku lagi, tetapi aku tetap tidak mau. Hingga akhirnya acara makan-makan selesai. Aku sempat meliriknya, berjalan lagi melewati jalan di depan rumah nenek. Aku melihatnya berjalan di samping temanku. Lalu aku berpura-pura mengajak bicara sang nenek. Temanku berhenti dan mencoba mengajakku. "Ayo ikut nggak jalan-jalan."
Awalnya aku hanya menggeleng. Tetapi mereka seperti terus memaksaku untuk ikut.
"Ayo. Cuma jalan-jalan aja kok sampai sana lalu kembali."
Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku mau. Toh juga ada dia nanti. Akupun berjalan menuju ke jalan menyusul temanku. Tetapi aku heran kok aku malah ditinggal sih. Terus kok dia nggak ada? Katanya tadi lurus kok dia nggak ada, masak dia dan teman-temannya tadi belok. Aku bingung sendiri, lalu ada ibu di warung yang bertanya.
"Mbak, anak-anak tadi sudah mulai apa belum? Atau mereka tadi belok?"
"Maksudnya bagaimana sih Bu?"
Aku semakin bingung ada apa sih. Aku terus saja berjalan lurus. Tiba-tiba dari belakang aku mendengar ada yang melantunkan salawat nabi seperti yang dinyanyikan ketika di resepsi pernikahan, si pengantin wanita bertemu dengan sang lelaki. Bersamaan dengan itu pula, dia dan teman-temannya muncul dari balik pagar. Aku semakin bingung dan malu. Temannya menggandengku dan diapun digandeng oleh teman-temanku. Aku dan dia berusaha mengelak saat akan didekatkan. Hingga kami pun terjatuh.
"Nggak, aku baru sekali ini kok punya pacar." Kataku ketakutan.
Teman-teman kemudian bertanya dan mendesaknya.
"Ada apa kamu dengan dia?" Tanya teman-teman.
"Nggak. Aku baru pertama kali ini. Sungguh. Sebenarnya ayahku tak membolehkan aku pacaran." Katanya ketakutan.
Setelah dia mengatakan hal itu, entah mengapa aku merasa bersalah. Karena sebenarnya ini bukan pertama kalinya bagiku. Dulu aku juga pernah punya pacar.
"Lalu kamu kok bisa dengan dia?" Tanya temannya lagi.
"Aku juga tidak tahu." Katanya.
"Kamu juga sepertinya lebih muda darinya." Kata temannya.
Dan itu membuatku sedikit sakit hati.
"Aku juga tahu kalau aku lebih muda." Katanya.
"Lalu kamu yakin ingin melamar dan melakukan ijab qobul dengan dia?" Tanya teman-temannya.
"Iya. Kalau dia...eh mbaknya mau ya...." Katanya sambil melempar senyum manis ke arahku.
"Eh ciyeeee...." Teman-teman menyorakki dan melanjutkan untuk bersalawat nabi untuk kami berdua....
Aku tidak habis pikir, ini rencana dia atau rencana teman-temanku dan teman-temannya. Ya Tuhan...

You are M?

Aku tidak sengaja bertemu M di suatu tempat. Dia dengan seorang temannya. Tapi tanpa aku sadari, temannya pelan-pelan berjalan menjauh dan meninggalkan aku dan M duduk berdua di tempat itu. Temannya itu menjauh dan memilih untuk bermain-main di tempat yang agak jauh dari kami, tetapi masih bisa terlihat oleh kami.
M: Kenapa kamu nggak pernah dateng ke stadion bahkan nggak pernah balas smsku? Aku sudah sms kamu berkali-kali. Tapi kamu tak pernah membalas.
N: Mana? Kmu nggak sering sms, smsmu cuma ada satu aja. Yang masuk cuma satu aja. Itu juga udah lama smsnya dan masuknya juga agak malem dan tak memungkinkan aku untuk dateng ke stadion.
M: Masak sih.. masalahnya ada yang ingin aku katakan ke kamu di stadion.
Sebelum sempat aku bertanya"kenapa nggak kamu katakan sekarang aja?" Dia sudah mendahuluiku untuk berbicara dengan nada yang lebih rendah dari yang pertama.
M: Kenapa nggak aku katakan sekarang juga? Karena kata-kata itu terlalu indah.
N: oh....
Suasana jadi hening dan orang-orang melihat ke arah kami dengan pandangan yang tidak mengenakkan sambil senyum-senyum penuh tanda tanya, ada apa gerangan antara aku dan M. Selama diam M terus saja melirikku sambil tersenyum. Aku nggak salting sedikitpun karena aku hanya memikirkan satu hal yang jauh lebih mengusik dan mengganggu pikiranku ketimbang memikirkan ulah M yang terus melirikku. Satu hal yang kupikirkan, Bagaimana M bisa seperti itu kepadaku. Aku nggak habis pikir. Konyol, aneh. Dan akhirnya akupun tersenyum sendiri memikirkan hal itu. Tapi tampaknya senyumku membuat M yang sedari tadi melirikku jadi salah paham. M terlihat senang. M mengira aku tersenyum bahagia di sampingnya. Padahal aku tersenyum tadi karena merasa konyol dan aneh....
M: Yaudah... sampai jumpa ya? Ucap M sambil bersalaman dan mencium tanganku persis seperti anak laki-laki yang sedang berpamitan kepada ibunya ketika akan berangkat sekolah. Aku terbengong. Aneh... kok malah dia yang begitu. Mengapa dia berubah jadi seperti ini?

Selasa, 28 April 2015

Nilai-nilai Budaya Tradisi Lokal (Magetan Punya)

1. Ater-Ater
Ater-ater, begitulah masyarakat di wilayah Magetan menyebutnya. Sebuah tradisi dalam bentuk mengirim (memberikan) bahan makanan berupa beras, gula, dan makanan lainnya kepada orang tua, saudara, dan tetangga. Tradisi ini, sudah ada sejak dulu dan dilaksanakan setiap tahun yaitu menjelang Hari Raya Idul Fitri atau di hari-hari terakhir dalam bulan suci Ramadhan. Dan biasanya yang mengantarkan kiriman tersebut adalah anak-anak. Kemudian anak-anak akan diberi sangu atau uang oleh keluarga yang mereka beri bingkisan atau kiriman tersebut. Hal itulah yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak. Sehingga tradisi yang sudah turun temurun ini, layak untuk dipertahankan.

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung:
Sila pertama
Ater-ater sebagai wujud syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara bersedekah kepada orang lain.
Sila kedua
Ater-ater sebagai sarana silahturahmi antar keluarga, saudara, dan tetangga serta mengembangkan rasa saling mencintai sesama manusia.

Jumat, 24 April 2015

Butir-butir Pancasila

1.     Ketuhanan Yang Maha Esa
a.      Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Setiap warga negara Indonesia harus memiliki satu agama/ kepercayaan yang diakui oleh negara. Warga negara menyatakan percaya dan yakin pada Tuhan dengan menjalankan perintah sesuai dengan agama masing-masing yang berdasarkan rasa humanisme yang tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan cara tetap menjaga hubungan baik dengan sesama manusia untuk menunjukkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.     Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Warga NKRI terdiri atas beberapa agama yang mengakui keberadaan Tuhan sehingga hendaknya dijadikan dasar untuk menghormati warga negara lain yang berbeda agama. Meskipun berbeda agama dan kepercayaan tidak menjadikan masing-masing hidup secara terpisah dan sendiri-sendiri. Sebaliknya antar pemeluk agama yang berbeda harus saling bekerja sama dan tolong menolong serta tetap saling menghormati satu sama lain. Hal ini bertujuan agar pemeluk-pemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda-beda, bisa hidup berdampingan dengan aman dan damai tanpa ada yang merasa tidak nyaman.

Matriks Hubungan Warga Negara dan Negara


Penjelasan:
            Berdasarkan matriks di atas, dapat dilihat bahwa kedudukan warga negara dengan negara adalah sejajar/horizontal bukan vertikal. Hal ini berarti di antara keduanya tidak ada yang mendominasi atau berada pada tingkat yang lebih atas dari yang lain. Jika ada salah satu yang mendominasi, maka hubungan antar keduanya tidak akan harmonis dan terkoyak.
            Warga negara maupun negara memiliki variabel masing-masing. Variabel warga negara ada potensi, kemampuan, cita-cita, aspirasi, perilaku, tindakan, prestasi, dsb. Variabel negara berupa politik, ekonomi, sosial budaya, hankam, pendidikan, hukum, agama, dsb. Terdapat tanda panah dari variabel warga negara yang menuju ke arah variabel negara dan sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang ada di antara keduanya (warga negara dan negara) harus saling berhubungan dan harus dihubungkan. Karena antara warga negara dan negara harus ada jalinan kerja sama layaknya sebagai mitra. Dengan kata lain, keduanya harus memiliki proses komunikasi atau hubungan timbal balik. Hal ini bertujuan agar keduanya bisa saling mengontrol dan memberi saran.

Selasa, 21 April 2015

Rendahnya Kemampuan Menulis Mahasiswa


Sore, Wahyunita R kali ini akan berbagi artikel. Lihat ya? :D

Sejak kita masuk di dunia pendidikan mulai dari jenjang paling rendah hingga paling tinggi, tentu tidak pernah lepas dari kegiatan menulis. Menulis merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran kita dalam wujud tulisan. Tidak hanya itu, menulis juga bisa digunakan untuk mengungkapkan dan mengekspresikan pengalaman, perasaan, atau ide-ide kita. Oleh sebab itu, menulis sangat penting untuk dilakukan oleh setiap orang selain kegiatan membaca. Apalagi ketika seseorang telah menjadi mahasiswa. Menulis menjadi makanan pokok yang menyertai aktivitas mahasiswa sehari-hari yaitu untuk membuat laporan praktikum, makalah, laporan penelitian, dan tentu juga skripsi atau tugas akhir. Jadi, kemampuan menulis mahasiswa juga menjadi salah satu faktor yang ikut andil dalam menentukan keberhasilan maupun prestasi mahasiswa di perguruan tinggi.

Sabtu, 11 April 2015

Jumat Malam

Jum’at, 10 April 2015
            Hari jum’at sebenarnya aku libur, karena tidak ada kuliah. Tapi hari ini aku harus pergi ke Kampus karena ada kegiatan membuat Mading dengan teman-teman MP3. Menurut jarkom kemarin, seharusnya kita sudah kumpul pukul 08.00 WIB. Akan tetapi aku baru berangkat pukul 09.00 WIB kurang. Saat sampai di tempat biasa kami membuat Mading (GKB utara D2), sudah ada Dea, Mbak Ajar, dan Farida. Tampaknya mereka belum membuat apa-apa karena Farida barusan datang dari foto copy newsletter KOMPAK untuk ditempel sebagai background Mading.
Mading kita kali ini berjudul BEBAS (Bacaan Elit Buat Anda Semua) atas usul dari Farida. Sebelum jumatan hanya ada 6 yang fix ikut membuat Mading, yaitu Mbak Ajar, Farida, Dea, Aku, Icmi, dan Ina. Kami cukup capek karena target kita adalah memasang Mading pada hari ini juga. Kamipun sampai melupakan makan siang, akan tetapi sholat dhuhur nggak ditinggalkan. Sebenarnya aku, Farida, dan Ina ada janji dengan teman kelas untuk syuting video belajar dan pembelajaran. Akan tetapi, mungkin karena kurangnya koordinasi/kerjasama antar anggota kelompok kami dan ada anggota kelompok kami yang pulkam dan sakit, syuting dibatalkan. Aku jadi nggak enak, karena Paxia (salah satu anggota kelompokku) suda bela-belain ke kampus dan nggak pulkam hanya untuk syuting, tapi akhirnya gatot. Paxia akhirnya pamit pulang dan aku, Farida, serta Ina melanjutkan untuk membuat Mading.
Mading benar-benar selesai dan dipasang sekitar pukul 15.00 WIB lebih. Dea, Ina, dan Icmi langsung pamit pulang setelah acara membuat mading selesai sementara Aku, Mbak Ajar, dan Farida ikut balik ke kosku dulu di jalan Terusan Ambarawa Gang 1 Nomor 8. Tak lupa kami membeli makan sekalian karena benar-benar sudah kelaparan. Kami membeli makanan di Lalapan Bu Dewa dekat kosku. Sesampai di kos, kami segera cuci tangan dan melahap makanan yang kami beli di depan TV kosku. Setelah selesai kami segera bersih-bersih diri untuk acara selanjutnya, yaitu menghadiri acara KFC (Kajian Friday Ceria) yang digelar oleh rekan-rekan dari SERUNI di Gedung E1 FIP.
Acara KFC sebenarnya dimulai pukul 15.30 WIB. Akan tetapi, aku, Mbak Ajar, dan Farida datang pada acara tersebut hampir pukul 17.00 WIB. Kami telat karena target menyelesaikan Mading, makan, dan ganti baju di kosku. Untungnya, saat kami datang acara belum selesai. Pematerinya adalah Bapak Hanafi. Kami sempat mendengarkan sedikit materi yang beliau sampaikan karena tak lama kemudian sudah masuk pada sesi tanya jawab. Kami tidak begitu antusias karena datang terlambat dan duduk di kursi paling belakang.
Kami cukup kecapekan, bahkan aku dan Mbak Ajar sempat ngobrol sendiri kesana-kemari hingga membicarakan tentang acara bernama “keramat” yang disiarkan di salah satu channel radio malang. Kami cukup senang karena kami bukanlah orang yang paling terlambat datang di acara tersebut. Karena setelah kami datang masih ada beberapa peserta lain yang juga baru datang. Jadi, kita ya nggak begitu malu-maluin amat. Bahkan kami sempat tahu Mas Shiva (Bapak kami, kata Mbak Ajar) yang baru datang setelah masuk pada sesi tanya jawab. Akan tetapi, ada yang pulang terlebih dahulu sebelum acara benar-benar selesai. Kami melihat Mas Rizal dan Mas Didir dengan pakaian jubah putih serta Mas Alvian dan temannya yang meninggalkan acara lebih dulu.
KFC selesai saat adzan Maghrib berkumandang. Aku dan Mbak Ajar memutuskan untuk sholat terlebih dahulu di mushola E1 itu sementara Farida pamit pulang duluan karena dia lagi nggak sholat. Aku dan Mbak Ajar sempat nggak berani untuk berwudhu di toilet karena lampu toilet nggak mau nyala + teringat “keramat”. Namun akhirnya kami memberanikan diri untuk tetap berwudhu di toilet dengan membuka pintunya agar sedikit terang. Aku berwudhu duluan sementara Mbak Ajar menahan agar pintu tetap terbuka lalu setelah itu baru sebaliknya. Setelah keluar kami sempat bertemu dengan Mbak-mbak panitia KFC yang sedang mencari bapak penjaga.
Saat akan masuk ke mushola, kami bertemu Mas Riki (Ketua BEM FIP), Mas Shiva, dkk turun tangga dari aula E1 tadi. Mbak Ajar sempat menyapa tetapi aku segera masuk ke mushola. Kami memutuskan untuk ikut sholat berjamaah dengan Mas Riki dkk karena mereka ternyata juga berhenti dulu untuk sholat Maghrib di Mushola E1. Kami tak perlu menunggu mereka terlalu lama. Sholat jamaah dimulai setelah Mas Shiva iqomah. Imamnya adalah Mas Aziz. Selesai sholat Aku dan Mbak Ajar bersiap untuk acara selanjutnya, yaitu nonton pertandingan basketball anfak (antar fakultas) di GKB D2 FIP meskipun merasa saltum.
Sebelum masuk GOR, Aku dan Mbak Ajar ngumpul dengan anggota BEM FIP di samping gedung D1. Kami harus membayar HTM 3rb rupiah di depan GKB D2 FIP dan sebagai tanda buktinya kami mendapat stempel ANFAK di tangan. Sementara yang cowok diberi stempel ANFAK di bagian leher. Aku dan Mbak Ajar sempat menunggu di dekat parkiran GKB D2 FIP samping. Ternyata teman-teman pendukung FIP lewat melalui pintu sebelah selatan. Kami masuk ke pintu sebelah selatan bareng-bareng dengan membawa drum-drum untuk mendukung dan memeriahkan acara tersebut. Benar saja, sebelum masuk GOR ada panitia yang bertugas mengecek stempel ANFAK. Sudah banyak orang di dalam GKB.
Aku dan Mbak Ajar memilih tempat duduk bersama dengan teman-teman dari BEM. Kami datang untuk mendukung 2 tim basketball kita yang akan bertanding malam itu. Tim basketball putra FIP bermain terlebih dahulu sekitar pukul 19.00 WIB kurang melawan tim dari FT. Sebelum mendukung kami menyempatkan untuk menyanyikan hymne FIP bersama sama dengan tangan kanan mengepal di dada sebelah kiri. Pertandingan sudah berlangsung dan para pendukung pun mulai banyak yang berdatangan sehingga semakin ramai dan meriah.
Pertandingan cukup seru dan panas karena beberapa saat skor FIP lebih banyak beberapa saat kemudian skor FT yang lebih banyak. Begitu seterusnya, masing-masing tim berusaha untuk meraih kemenangan. Akan tetapi di akhir pertandingan tim basketball kami kalah dengan perbedaan skor yang tipis. Sebelum acara dilanjutkan, ada penampilan seni tari modern yang cukup membuat penonton bersorak-sorai karena gaya para penari yang centil dan unik.
Tak berapa lama setelah penampilan seni tari, tim basketball putri FIP sudah mulai siap-siap bertanding. Tim yang dihadapi adalah dari tetangga sebelah, yaitu FE. Seperti tadi, sebelum bertanding kami menyempatkan untuk mengumandangkan Hymne FIP bersama-sama. Suasana GKB semakin ramai dengan teriakan-terikan para supporter dan bunyi-bunyi drum. Di menit-menit pertama skor tim basketball putri FIP sempat memimpin. Namun lama-kelamaan tim FE dengan cepat menyusul skor kami, sampai akhirnya skor tim kami tertinggal jauh hingga akhir pertandingan. Dan akhirnya, kami harus menerima kekalahan melawan FE dengan perbedaan skor yang cukup jauh.
Setelah tim kami bertanding semua, Aku dan Mbak Ajar sempat melihat penampilan seni tari sebagai jeda untuk pertandingan selanjutnya. Setelah itu, Aku dan Mbak Ajar pamit ke Mas Shiva dan Mas Rian serta teman-teman yang lain untuk pulang duluan karena sudah pukul 20.30 WIB. Kami juga sempat berkenalan dengan penari yang tampil sebelumnya.

Setelah keluar GKB, Aku dan Mbak Ajar menuju ke dekat parkiran FE untuk menemui closefriend.nya Mbak Ajar. Mbak Ajar meminta closefriend.nya untuk mengantarkan Aku sampai di gerbang Ambarawa naik sepeda motor. Aku tidak diantarkan sampai kos karena gerbang Ambarawa sudah ditutup. Setelah mengucap terima kasih, aku segera berjalan untuk pulang ke kos. Ketika sampai di depan Minimarket Cahaya, aku bertemu Mas Wayan (Ketua MP3 2014) menyapaku. Nggak ngurus Mas Wayan darimana, aku pengen cepet-cepet nyampai kos. Aku sempat membeli snack di Toko dekat portal masuk gang kosku. Sesampai di kos, aku segera mandi dan Sholat Isya’ lalu makan lagi. Dan akhirnya aku menuliskan ini semua. . .

Selasa, 10 Maret 2015

It's You

Saat itu, aku mungkin sedang tertidur di masjid sekolah dengan teman-temanku. Tiba-tiba kamu datang  seorang diri dan membangunkan aku. Kamu menanyakan sesuatu kepadaku. Setelah aku menjawab aku sempat tertidur kembali karena mungkin belum sadar bahwa yang datang itu adalah kamu. Aku segera terbangun kembali saat mulai menyadari bahwa itu adalah kamu. Dan secara tidak sengaja dan hanya berniat main-main, aku meminta sesuatu yang kamu bawa.

“Aku boleh minta itu?” tanyaku sambil tertawa.

Sabtu, 31 Januari 2015

Latihan Buletin with MP3

W.H.T (What Happen Today)
Serba-serbi CFD (Car Free Day)
Tim Redaksi: Wahyunita R. dan Farida N.

"PALM COMUNITY"
Snake atau ular adalah salah satu binatang yang berbisa. Bisa yang dikeluarkan dapat mematikan manusia. Karena terlalu bahayanya banyak orang menjauhi binatang yang bernama ular tersebut. Selain itu binatang ini juga dijauhi karena bentuknya yang menggelikan bagi beberapa orang.

Kamis, 08 Januari 2015

Tentang Penguin Itu

Pertama, cuma hanya satu orang yang mendekati aku. Tapi, lama-lama semakin banyak yang mendekat dan aku jadi sangat takut dan malu sekali. Apalagi dengan cara melihat mereka yang membuat aku tidak senang. Tapi, aku berusaha untuk menyembunyikan rasa malu dan ketakutan.q dengan tetap tersenyum dan menganggap itu semua hanyalah permainan. Akhirnya, satu persatu dari mereka pergi begitu saja karena mungkin tidak suka dengan respon.q yang hanya diam saja. Lama-lama semua orang telah pergi meninggalkan aku sendiri di tengah lapangan. Di sana ada sebuah mobil yang aku sendiri tidak tahu siapa pemiliknya. Tanpa rasa takut sedikit pun, aku masuk ke dalam mobil itu. Dan tak berapa lama, aku sudah sampai di suatu tempat yang sepertinya aku kenal. Di sana aku duduk bersama teman-temanku sambil melihat ke arah laut lepas yang ada di depan mataku. Tiba-tiba saja, dari arah laut itu ada makhluk yang terbang. Aku kenal makhluk itu. Ya, itu penguin. Tapi, kok besar sekali yaa? Teman-teman q hanya melihat dan terkagum-kagum saja. Ketika dengan tidak sengaja aku mencoba untuk memanggil si penguin itu, ternyata penguin itu terbang mendekat ke arah kami. Teman-temanku segera masuk ke dalam rumah. Sementara aku, masih di luar. Aku tidak sempat masuk, sehingga aku hanya merunduk saja di tempat dudukku untuk menghindari penguin itu. Ternyata penguin itu tetap mengejarku, dan ketika aku masuk ke dalam rumah pun dia tetap mengikuti aku. Aku mencari tempat bersembunyi dan akhirnya berhasil. Karena si penguin sudah tidak mengejarku lagi. Dan si penguin itu sudah tidak ada lagi, mungkin dia telah kembali ke laut lagi... syukurlah...

Rabu, 07 Januari 2015

Cerita Lama Tentang Aku dan Mereka



I miss them. . . How are you? Aku menemukan cerpen lama ini dan ternyata belum sempat aku posting. Yauda aku buat posting aja untuk mengisi blog ini. . .:D


Setahun yang lalu tepat tanggal 23 Juni 2013, banyak cerita dan pengalaman yang selalu terbayang dan terkenang olehku. Entah karena ada hubungannya dengan suasana hatiku atau apa aku juga tak mengerti. Tapi, ya nggak semuanya aku ingat dengan baik. Yang aku ingat adalah mulai dari siang sampai malam, sedangkan ketika pagi aku tidak ingat dengan apa saja yang telah aku lakukan. Em... jadi bingung aku harus memulai cerita dari mana. Yaudahlah langsung saja ya...