Aku tidak sengaja bertemu M di suatu tempat. Dia dengan seorang
temannya. Tapi tanpa aku sadari, temannya pelan-pelan berjalan menjauh
dan meninggalkan aku dan M duduk berdua di tempat itu. Temannya itu
menjauh dan memilih untuk bermain-main di tempat yang agak jauh dari
kami, tetapi masih bisa terlihat oleh kami.
M: Kenapa kamu nggak pernah dateng ke stadion bahkan nggak pernah balas
smsku? Aku sudah sms kamu berkali-kali. Tapi kamu tak pernah membalas.
N: Mana? Kmu nggak sering sms, smsmu cuma ada satu aja. Yang masuk cuma
satu aja. Itu juga udah lama smsnya dan masuknya juga agak malem dan tak
memungkinkan aku untuk dateng ke stadion.
M: Masak sih.. masalahnya ada yang ingin aku katakan ke kamu di stadion.
Sebelum sempat aku bertanya"kenapa nggak kamu katakan sekarang aja?"
Dia sudah mendahuluiku untuk berbicara dengan nada yang lebih rendah
dari yang pertama.
M: Kenapa nggak aku katakan sekarang juga? Karena kata-kata itu terlalu
indah.
N: oh....
Suasana jadi hening dan orang-orang melihat ke arah kami dengan
pandangan yang tidak mengenakkan sambil senyum-senyum penuh tanda tanya,
ada apa gerangan antara aku dan M. Selama diam M terus saja melirikku
sambil tersenyum. Aku nggak salting sedikitpun karena aku hanya
memikirkan satu hal yang jauh lebih mengusik dan mengganggu pikiranku
ketimbang memikirkan ulah M yang terus melirikku. Satu hal yang
kupikirkan, Bagaimana M bisa seperti itu kepadaku. Aku nggak habis
pikir. Konyol, aneh. Dan akhirnya akupun tersenyum sendiri memikirkan
hal itu. Tapi tampaknya senyumku membuat M yang sedari tadi melirikku
jadi salah paham. M terlihat senang. M mengira aku tersenyum bahagia di
sampingnya. Padahal aku tersenyum tadi karena merasa konyol dan aneh....
M: Yaudah... sampai jumpa ya? Ucap M sambil bersalaman dan mencium
tanganku persis seperti anak laki-laki yang sedang berpamitan kepada
ibunya ketika akan berangkat sekolah.
Aku terbengong. Aneh... kok malah dia yang begitu. Mengapa dia berubah
jadi seperti ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar