Rabu, 05 Mei 2010

Dibalik Kelambu Dekil

Jojo anak tunggal yang lahir dari keluarga sederhana. Emaknya seorang penjual kue dan pisang goreng di dekat sekolah Jojo. Memang sejak tiga tahun Jojo hanya hidup dengan emaknya karena ayahnya telah meninggal sejak ia masih kelas 5 SD. Jojo memang anak yang lugu dan tidak malu meski emaknya hanya seorang penjual. Sebenarnya Jojo adalah anak yang pandai tetapi ia tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Ia lebih suka membantu emaknya daripada belajar. Sehingga nilainya terus menurun. Tidak jarang jika ia sering mendapat hukuman di sekolah karena tidak mengerjakan PR atau nilainya jelek. Sudah sering pula emaknya menegur, tapi tidak digubrisnya juga.
”Jo, kamu belajar saja sana, emak bisa kok mengupas dan menggoreng pisang ini sendirian.”kata emak Jojo.
”Tidak Mak. Jojo kasihan melihat Emak, Jojo tidak tega melihat emak bekerja sendirian.”sahut Jojo.
”Justru emak yang tidak tega melihat kamu sering dihukum di sekolah. Entah tidak mengerjakan PR atau nilaimu jelek. Mungkin kalau emak tidak repot, emak bisa membantu kamu belajar. Tapi kapan?”tanya emak Jojo.


”Mak, sebenarnya kalau Jojo belajar dan mengerjakan PR, nilai Jojo pasti bagus lho Mak.”kata Jojo.
”Ya makanya kamu belajar sana, biar nilaimu bagus dan tidak dihukum terus di sekolah.”kata emak Jojo.
”Sudahlah Mak. Jojo sudah biasa dihukum. Hukumannya kan hanya disuruh lari putar halaman. Hem…..mungkin kalau bapak masih hidup, beliau bisa menemani emak berjualan, sedangkan Jojo bisa belajar dengan tenang. Ya kan, Mak?”tanya Jojo.
Emak Jojo hanya diam saja, ia teringat dengan suaminya. Ia mengalihkan pembicaraan karena ia tidak ingin terus menerus memikirkan suaminya yang telah meninggal, karena hanya menambah luka di hatinya.
”Jo, ambilkan piring dan taruh pisang gorengnya di piring.”kata emak Jojo.
”Iya, Mak.”sahut Jojo.
Jojo memang sering membantu emaknya hingga larut malam sampai ia lupa untuk belajar dan mengerjakan PR.
Pagi hari Jojo harus sudah bangun untuk memberi makan ayam dan membersihkan kandang kambingnya. Dan emaknya mencuci pakaian, karena kalau siang hari ia harus berjualan. Setelah semua pekerjaan Jojo beres, ia bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Pagi hari yang masih berkabut karena kemarin turun hujan. Tapi semua itu tak membuat Jojo kedinginan karena sang mentari mulai menampakkan sinarnya di ufuk timur, sehingga suasana terasa hangat. Burung-burung berkicauan menambah semarak suasana alam pedesaan. Jojo pergi ke sekolah dengan jalan kaki. Sesampai di sekolah Jojo langsung menuju ke kelasnya. Ternyata disana sudah ada Imron dan Ali yang sedang piket. Jojo segera menyusul piket. Kemudian teman-teman Jojo mulai berdatangan. Setelah piket Jojo, Imron, dan Ali duduk-duduk di teras kelas.
”Jo, kamu sudah selesai apa belum PR Bahasa Indonesia?”tanya Imron.
”PR yang mana?”tanya Jojo.
”Itu lho, disuruh membuat cerpen. Dan kata Pak guru yang tidak mengerjakan akan dihukum lari putar halaman 5 kali.”sahut Ali.
”Ya ampun….! Aku lupa! Aku belum mengerjakan.”sahut Jojo.
Jojo segera masuk kelas dan mengerjakan, namun baru saja ia menemukan judulnya bel masuk berbunyi. Jojo tidak bisa berbuat apa-apa karena Guru Bahasa Indonesia sudah datang dan menyuruh anak-anak mengumpulkan cerpen masing-masing.
”Anak-anak cerpennya tolong dikumpulkan.”kata Pak Yudho.
”Iya Pak…!”jawab anak-anak serentak.
”Siapa diantara kalian yang belum mengerjakan?”tanya Pak Yudho.
”Sa…saya Pak!”kata Jojo ketakutan.
”Mengapa kamu belum mengerjakan?”tanya Pak Yudho.
”A…anu Pak, saya lupa!”jawab Jojo.
”Lupa? Lupa itu bukan alasan. Apa kemarin kamu tidak mendengar kalau kalian tidak mengerjakan PR akan dihukum.”kata Pak Yudho.
”Saya tahu, Pak.”sahut Jojo.
”Kalau tahu, mengapa kamu tidak mengrjakan PR. Saya beri tahu ya, saya itu menghukum kalian bukan berarti saya jahat, karena saya berbuat seperti itu demi kebaikan kalian semua, supaya kalian terbiasa mengerjakan PR.”kata Pak Yudho.
Jojo hanya diam dan menunduk. Ia tahu bahwa ia bersalah.
”Baiklah sekarang kamu lari putar ruangan kelas ini 15 kali karena halaman sekolah masih becek.”kata Pak Yudho.
”I….iya, Pak.”jawab Jojo.
Jojo segera melaksanakan perintah dari Pak Yudho. Ia berlari di ruang kelas. Ia malu karena ditertawakan teman-temannya. Ia semakin mempercepat larinya supaya cepat selesai. Ia sudah berputar 10 kali berati kurang 5 kali lagi. Tenaga Jojo terkuras habis, padahal baru jam pelajaran pertama. Tiba-tiba saat putaran ke -13, kaki Jojo tersangkut meja. Ia terjatuh dan kepalanya membentur kursi. Ia langsung pingsan. Teman-teman Jojo terbelalak apalagi Pak Yudho.
”Jojo ?!?! teriak Pak Yudho dan langsung mendekatinya.
Pak Guru menyandarkan kepala Jojo di pahanya. Darah mengalir dari kepala Jojo karena terkena paku di kursi yang menonjol. Semua kebingungan. Pak Guru menyuruh anak-anak yang mengerumuni Jojo untuk membantunya membawa Jojo ke UKS. Kebetulan saat itu emak Jojo baru saja mengantarkan kue dan pisang goreng ke kantin sekolah, ia terkejut melihat anak-anak yang berkerumun di UKS. Ia pun menuju ke UKS karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba dari belakangnya ada Ali yang sedang tergesa-gesa menuju UKS juga. Emak Jojo mendekati Ali.
”Ali!Ali! Ada apa?”tanyanya.
”Emak Jojo?” kata Ali
”Iya ada apa?”tanyanya lagi.
”I…itu Jojo anu…”
Emak Jojo langsung lari menuju ke UKS. Ketika masuk di ruang UKS, ia sangat terkejut sekali melihat Jojo terbaring di ranjang dengan kepala yang berlumuran darah. Emak Jojo langsung menjerit dan menangis sejadinya. Pak Yudho menyuruh salah satu anak untuk memanggilkan Kepala Sekolah untuk mengantarkan Jojo ke rumah sakit langsung. Kemarahan emak Jojo tak bisa ditahan.
”Pak… mengapa anak saya bisa begini? Ali! Ali, kenapa bisa begini?” tanyanya.
”Itu, tadi saat dihukum Pak Yudho untuk berlari putar ruang kelas kakinya tersangkut meja dan kepalanya membentur kursi yang ada paku menonjol” kata Ali.
”Apa? Pak Yudho ini salah Bapak kan? Bapak harus bertanggung jawab atas keselamatan anak saya!” kata emak Jojo seraya terus menangis.
”Lho! Ini kan salah anak Ibu yang tidak mau mengerjakan PR!” sahut Pak Yudho.
”Salah siapa! salah siapa!! Ini sudah jelas-jelas salah Bapak.” Kata emak Jojo
Ketika mereka ribut Kepala Sekolah datang menenangkan.
”Sudah-sudah jangan ribut! Ya ampun, luka nak Jojo parah kita harus segera membawanya ke rumah sakit.”kata Kepala Sekolah.
” Pak Yudho…! Bapak harus bertanggung jawab atas biaya perawatan anak saya”tangis emak Jojo.
” Tidak bisa begitu, Bu.”sahut Pak Yudho.
” Sudah-sudah begini saja Ibu membayar setengahnya dan setengah lagi ditanggung sekolah.” Kata Kepala Sekolah.
”Tidak bisa, saya ini orang miskin Pak? Saya tidak punya uang banyak, Bapak memang tak berperasaan. Bapak jahat!!”teriak emak Jojo kemudian ia pingsan seketika.
Emak Jojo langsung ditidurkan diranjang sementara Jojo dibopong Pak Yudho untuk dibawa ke rumah sakit. Sesampai di rumah sakit Jojo segera ditangani oleh pihak rumah sakit.
”Pak anak ini harus dirawat kira-kira 3 hari agar cepat sembuh.”kata dokter.
”Iya Pak.”kata Pak Yudho.
Pak Yudho merenung, ia mula merasa kasihan kepada Jojo dan emaknya. Kemudian Pak Yudho sadar, bahwa ia memang bersalah. Dalam hati ia berjanji tidak akan menghukum anak-anak seperti itu lagi, tetapi ia akan menghukum dengan cara yang lebih baik dan bermanfaat. Dan ia sadar selama ini ia terlalu egois dan jahat. Ia ingin menanggung semua biaya pengobatan Jojo. Ia menyampaikan niat itu kepada Kepala Sekolah.
”Pak kalau begitu, biar saya semua yang menanggung seluruh biaya pengobatan Jojo.”kata Pak Yudho.
”Ya bagus, nanti akan saya sampaikan kepada emak Jojo, kalau begitu saya permisi pulang.”kata Kepala Sekolah.
“Iya,..Pak.”sahut Pak Yudho
Beberapa hari kemudian Jojo sudah sembuh. Ia diperbolehkan pulang. Emak Jojo sangat senang. Semenjak kejadian tragis itu, Jojo merasa kasihan kepada emaknya. Ia akan rajin belajar dan tetap membantu emaknya. Berkat kerja keras Jojo, ia bisa menjadi murid terpandai dan teladan di sekolah. Jojo sering mengikuti lomba kesana sini dan tidak jarang mendapatkan juara. Ternyata di balik kelambu dekil yang menyelimuti perjalanan hidupnya terdapat sesuatu yang sangat menggembirakan emaknya.

Tidak ada komentar: